MAKE A GOOD STORY WHEN YOU’RE GONE

MAKE A GOOD STORYWHEN YOU’RE GONE

Oleh : Drs. H. Nur Alam, MA

Salah satu pesan inspiratif dari dunia pesantren berbunyi, “Kun haditsan hasanan liman wa’a,” artinya buatlah cerita indah untuk didengar setelah Anda tiada (Make a good story when you’re gone).

Pesan inspiratif itu bermakna bahwa setiap orang akan menulis buku catatan cerita setelah tiada. Karena itu, tuliskan dan tinggalkan sebuah cerita indah (good story) untuk dapat diteladani oleh para ahli warisnya atau pembacanya.

Dalam pribahasa Indonesia, pesan ini beririsan dengan narasi, “Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang.” Kemudian bagaimana, jika manusia yang wafat?

Mulai dari janin, dilahirkan, tumbuh sebagai bayi, lalu beranjak dewasa, kumudian berangsur-angsur menua dan akhirnya wafat, adalah siklus manusia. Setiap orang yang memiliki ruh, nafas dan jasad akan mengalami seluruh siklus ini (QS. 29:57).

Komarudin Hidayat, menulis buku Psikologi Kematian (2020). Menurutnya ada 2 sikap tentang kematian. Pertama, ketika ruh keluar dari jasad dan dinyatakan meninggal, seharusnya disikapi dengan ikhlas dan melepaskannya dengan do’a. Kedua, selama hidup, energi, waktu dan tenaga tidak dihabiskan hanya untuk mencari materi duniawi, meski itu diperlukan untuk hidup. Harus ada dimensi ibadah untuk bekal kematian.

Seperti sahabat Nabi, Abu Darda’, pernah berdo’a, "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari hati yang bercabang-cabang." Ketika ditanya, "Apakah yang dimaksud dengan hati yang bercabang-cabang itu?" Jawabnya, "Memiliki harta benda di setiap lembah"

Kemudian cerita, pelajaran, keteladanan apa yang kita tinggalakan setelah tiada? Atau karya-karya atau ilmu bermanfaat apa yang dapat menginspirasi banyak orang sepeninggal kita? Coba tadabburi firman Allah, “… dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik dan mulia” (QS. 19:50).

Banyak tokoh inspiratif yang selalu dikenang masyarakat, seperti para pahlawan atau orang-orang yang telah berjasa baik selama hidupnya, sehingga yang pergi dari mereka hanya jasadnya, tetapi ruhnya dan amalnya masih tetap hidup dikenang. Keteladanan hidup mereka terus menginspirasi bagi generasi sesudahnya.

Contohnya, Persyarikatan Muhammadiyah adalah warisan dari KH. Ahmad Dahlan, sebuah ormas Islam yang bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, kesehatan dan sosial. Demikian juga Nahdhatul Ulama, warisan dari KH. Hasyim Asy’ari. Kedua Ormas tersebut mempunyai ribuan lembaga pendidikan, rumah sakit dan juga lembaga sosial lainnya, yang terus berkhidmat untuk kemajuan umat, meski pewarisnya telah tiada.

Begitu pula Nabi Muhammad dan para sahabatnya RA., tidak pernah habis-habisnya keteladanan dan kemuliaan mereka ditulis dengan tinta emas. Meski 14 abad lebih telah berlalu, kita tak bosan meneladani dan mengenalkannya pada anak cucu kita.

Begitu pentingnya seseorang untuk menulis catatan cerita indah setelah tiada, sampai-sampai Rasulullah SAW. berpesan, “Sekiranya kiamat terjadi esok hari, dan di tangan seseorang hamba ada sebiji kurma, maka tanamlah segera biji tersebut sebelum kiamat tiba” (HR. Imam Ahmad).

Simpulan

Hidup sekali di dunia, harus menjadi hidup yang berarti. Hidup yang memiliki buah tutur baik dan dikenang mulia bagi generasi sesudahnya.

Mungkin tak terlau penting sukses di dunia, dengan jabatan strategis dan berlimpah harta, namun ketika kembali kepada Allah, segalanya tak berbekas, lenyap ditelan bumi yang fana.
والله اعلم بالصواب وفاستبقواالخيرات…
-----------------------------------------------------------
Kranggan Permai, Jum’at Penuh Berkah, 26 Syawwal 1443 H./27 Mei 2022 M., Pukul 05.15 WIB.